Sabtu, 12 April 2014

Kasus Manajemen Resiko dalam Proyek TI


Industri telekomunikasi seluler di indonesia saat ini membutuhkan evaluasi luas dan ekstlisit yang menekankan pada resiko bisnis. Teknologi, kompetisi, etika usaha, regulasi, dan kepatuhan adalah beberapa contoh dari sekian banyak potensi resiko yang dihadapi oleh perusahaan. Oleh karena itu, manajemen resiko perusahaan atau enterprise risk management (ERM) dibutuhkan sebagai salah satu pilar tata kelola perusahaan yang mumpuni.
Saat ini, XL Axiata mangadopsi kerangka ISO 31000 yang dijalankan melalui manajemen resiko perusahaan untuk menghadapi potensi berbagai resiko. Kerangka ISO 31000 yang lengkap dan fleksibel menyediakan ruang yang memadai bagi XL Axiata dalam menilai, mengevaluasi, dan mengelola resiko perusahaan. Hubungan integrasi antara proses manajemen resiko perusahaan dengan audit internal juga memberikan jaminan efektivitas rencana penanganan atas potensi resiko.
Selain itu, kondisi geologis di indonesia menandakan adanya kemungkinan resiko terjadinya bencana alam. Dalam hal ini, XL Axiata telah mempersiapkan diri secara matang untuk menghadapi kemungkinan terjadinya kondisi tersebut melalui manajemen bisnis yang berkelanjutan (BCM) dengan membentuk komite manajemen BCM, yang memberikan panduan dan pengaturan dalam menjalankan manajemen bisnis yang berkelanjutan. Adapun prinsip utama dari BCM adalah fokus terhadap keselamatan karyawan dan keluarganya,kelanjutan layanan terhadap pelanggan, serta meminimalisir kerugian perusahaan. Manajemen BCM juga mencakup kegiatan analisis resiko yang lengkap, termasuk dampaknya terhadap bisnis dan penanggulangannya, serta rencana keberlanjutan manajemen bisnis.  Selain itu, layanan yang diberikan kepada pelanggan juga bergantung kepada rekan bisnis perusahaan. Oleh karena itu, XL Axiata menyadari pentingnya melakukan integrasi antara BCM dengan rekan bisnis perusahaan, serta mengawasi implementasi kerja sama bisnis agar selalu terhindar dari resiko-resiko bisnis yang merugikan.

Resiko dan Ketidakpastian


Terdapat banyak definisi mengenai resiko. Belum ada kesepakatan mengenai apa yang dimaksud dengan resiko. Beberapa definisi resiko adalah:
·         Risks adalah peluang terjadinya hasil yang buruk (bad outcome)
·         Risks is change of loss
·         Risks is possibility of loss
·         Risks is uncertainty
·         Risks is the dispersion of actual from expected results
·         Risks is the probability of any outcome different from the one expected
·         Risks is loss of unexpected result
·         Risk can be defined as the volatility of unexpected outcomes
Dalam uraian diatas dapat dikatakan bahwa risks (resiko) berkaitan dengan uncertainty (ketidakpastian). Namun perbedaan antara resiko dengan ketidakpastian. Risks mengacu pada expected risks (resiko yang telah di perkirakan), sedangkan yncertainty mengacu pada unexpected risks (resiko yang belom atau tidak diperkirakan). Keduanya memang sama-sama resiko, namun berbeda dalam hal sifat ‘bisa diperkirakan’ atau tidak, sehingga metode pengelolaannya akan berbeda. Resiko adalah ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya. Sebagian menyebutkan bahwa resiko adalah ketidakpastian yang bisa dikuantitaskan besaran kerugiannya. Dengan demikian, ketidakpastian yang tidak bisa diperkirakan tidak termasuk resiko. Perbedaan antara resiko dan ketidakpastian terletak pada’ada tidaknya informasi’ tentang ketidakpastian tersebut. Ketidakpastian yang tidak ada informasinya bukan disebut resiko.
Jenis resiko yang umum di kenal.
·         Resiko murni atau pure risk adalah ketidakpastian terjadi suatu kerugian atau dengan kata lain hanya ada suatu peluang merugi dan bukan suatu peluang keuntungan.
·         Resiko spekulatif atau speculative risk adalah risiko yang berkaitan dengan terjasdinya dua kemungkinan, yaitu peluang mengalami kerugian financial atau memperoleh keuntungan.
·         Risiko individe atau individual risk adalah kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada kehidupan sehari-hari.
·         Resiko tanggung gugat atau liability risk adalah resiko yang mungkin kita alami atau derita sebagai tanggung jawab akibat kerugian atau lukanya pihak lain.
Contoh manajemen resiko perusahaan

Industri telekomunikasi seluler di indonesia saat ini membutuhkan evaluasi luas dan ekstlisit yang menekankan pada resiko bisnis. Teknologi, kompetisi, etika usaha, regulasi, dan kepatuhan adalah beberapa contoh dari sekian banyak potensi resiko yang dihadapi oleh perusahaan. Oleh karena itu, manajemen resiko perusahaan atau enterprise risk management (ERM) dibutuhkan sebagai salah satu pilar tata kelola perusahaan yang mumpuni.

Senin, 31 Maret 2014

Proses Bisnis

Proses bisnis
Proses bisnis adalah suatu kumpulan pekerjaan yang saling terkait untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Suatu proses bisnis dapat dipecah menjadi beberapa subproses yang masing-masing memiliki atribut sendiri tapi juga berkontribusi untuk mencapai tujuan dari superprosesnya. Analisis proses bisnis umumnya melibatkan pemetaan proses dan subproses di dalamnya hingga tingkatan aktivitas atau kegiatan.
Banyak definisi yang telah dijabarkan oleh para ahli manajemen mengenai proses bisnis (lihat bacaan lanjutan). Beberapa karakteristik umum yang dianggap harus dimiliki suatu proses bisnis adalah:

·         Definitif: Suatu proses bisnis harus memiliki batasan, masukan, serta keluaran yang jelas.
·         Urutan: Suatu proses bisnis harus terdiri dari aktivitas yang berurut sesuai waktu dan ruang.
·         Pelanggan: Suatu proses bisnis harus mempunyai penerima hasil proses.
·         Nilai tambah: Transformasi yang terjadi dalam proses harus memberikan nilai tambah pada penerima.
·         Keterkaitan: Suatu proses tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus terkait dalam suatu struktur organisasi.
·         Fungsi silang: Suatu proses umumnya, walaupun tidak harus, mencakup beberapa fungsi.
Sering kali pemilik proses, yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap kinerja dan pengembangan berkesinambungan dari proses, juga dianggap sebagai suatu karakteristik proses bisnis.
Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya. Bandingkan: pengolahan.

Manajemen Proses Bisnis: Mendorong Efisiensi dan Menumbuhkan Nilai Kompetitif
Perkembangan pasar yang bergerak menjadi sangat kompetitif dan persaingan bisnis yang semakin kompleks dan ketat telah menghadirkan tantangan baru bagi perusahaan. Kecepatan menjadi masalah yang patut diperhatikan yaitu bagaimana cara perusahaan atau organisasi untuk mendapatkan dan mengevaluasi informasi dengan segera, dan untuk kemudian menggunakan informasi tersebut untuk merespon setiap kejadian dan masalah secara cepat dan tepat pula. Karena itu kecepatan menjadi faktor penting dalam menumbuhkan nilai kompetitif suatu perusahaan atau organisasi.
Teknologi Manajemen Proses Bisnis atau Business Process Management adalah jawaban yang benar-benar ditunggu dan dibutuhkan kalangan bisnis untuk membantu bisnis mereka dalam menghadapi tantangan dan kompetisi seperti sekarang ini. BPM adalah solusi TI dengan pendekatan baru yang ampuh digunakan untuk membantu meningkatkan efisiensi dan menumbuhkan nilai kompetitif suatu bisnis. BPM dirancang untuk mengintegrasikan antara karyawan dan sistem informasi melalui proses- proses yang telah terotomatisasi dan bersifat sangat fleksibel. BPM juga merupakan solusi yang tepat untuk meningkatkan daya respon perusahaan secara signifikan untuk menyesuaikan keinginan pelanggannya pada setiap produk atau layanan yang dihasilkan, dengan cara memberikan akses informasi secara real-time yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah, serta pengambilan tindakan untuk merespon masalah yang terjadi secara lebih cepat dan tepat.
Setiap solusi Manajemen Proses Bisnis (BPM) memiliki empat komponen utama:
·         Pemodelan : Pengguna dapat mendefinisikan dan mendesain struktur dari setiap proses bisnis secara grafis.
·         Pengintegrasian : BPM dapat menghubungkan setiap elemen dalam proses sehingga elemen-elemen tersebut dapat saling berkolaborasi dan bertukar informasi untuk menyelesaikan tujuannya.
·         Pengawasan : Pengguna dapat mengawasi dan mengontrol performansi dari proses bisnis yang sedang berjalan dan performansi dari setiap personil yang terlibat dalam proses bisnis tersebut.
·         Optimalisasi : Pengguna dapat menganalisa dan memonitor suatu proses bisnis, melihat ketidakefisienan, dan juga memungkinkan pengguna untuk mengambil tindakan dengan cepat dan merubah proses tersebut untuk meningkatkan efisiensinya.

Kesimpulan


Banyak perusahaan memanfaatkan teknologi informasi untuk mengoptimisasi proses bisnis yang dimilikinya, tapi mereka kadang masih membangun solusi dengan sistem yang tidak terintegrasi. Sistem tersebut terpisah berdasarkan unit kerja maupun berdasarkan proses bisnis. Hal ini akan menjadi halangan ketika suatu proses membutuhkan kolaborasi dengan proses lain untuk dapat menyelesaikan jalannya proses tersebut. Manajemen Proses Bisnis (BPM) adalah solusi yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengelola proses bisnis yang mereka miliki Dengan BPM perusahaan dapat dengan mudah memodelkan dan mengubah proses bisnis sesuai kebutuhan agar dapat dioptimisasi, yang pada akhirnya akan mengurangi ongkos produksi, meningkatkan efisiensi karyawan, meningkatkan kepuasan pelanggan, memperbaiki hubungan dengan partner bisnis, dan pada akhirnya adalah meningkatkan keuntungan perusahaan.